Tuesday, March 30, 2010

Indonesia Paling Tertinggal

Kompas - Senin, 29 Maret
 PADANG PANJANG, KOMPAS - Indonesia paling tertinggal dalam soal pengendalian terhadap produk tembakau di Asia Tenggara. Negara-negara lain di kawasan yang sama telah memiliki strategi komprehensif untuk pengendalian tembakau.
Senior Policy Adviser Southeast Asia Tobacco Control Alliance Mary Assunta Kolandai mengatakan, Minggu (28/3), Indonesia tidak meratifikasi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) sehingga tidak mengikuti standar internasional dalam pengendalian tembakau.
”Dalam semua aspek, Indonesia masih tertinggal,” ujarnya di tengah acara kunjungan Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), WHO, dan sejumlah organisasi pemerhati pengendalian tembakau ke Padang Panjang, 27-29 Maret 2010.

Saturday, March 27, 2010

Hutan Bakau



Hutan Bakau atau disebut juga Hutan mangrove adalah Hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.

Sunday, March 7, 2010

Penghijauan Atap di Perkotaan

Atap hijau semakin populer di Belanda. Pemerintah memberikan subsidi bagi warga yang ingin 'menanami' atap mereka dengan rumput hijau. Banyak yang memanfaatkan kesempatan ini. Tapi, uang bukanlah alasan utama. Atap hijau bisa membantu upaya pelestarian lingkungan di wilayah perkotaan.

Seluruh Dunia
Warga Kota Groningen bisa mendapatkan subsidi sebanyak 30 Euro (sekitar 400 ribu Rupiah) per meter persegi untuk memasang rumput di atap rumah mereka. Subsidi ini mencapai 60 persen biaya pemasangan. Kota Rotterdam juga memberikan subsidi yang sama. Kota Amsterdam dan Den Haag juga sudah berjanji akan mengeluarkan subsidi.

Friday, March 5, 2010

Pemanasan Global


Pemanasan global (global warming) pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (greenhouse effect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitrooksida (N2O) dan CFC sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi. Berbagai literatur menunjukkan kenaikan temperatur global – termasuk Indonesia – yang terjadi pada kisaran 1,5–40 Celcius pada akhir abad 21.
Pemanasan global mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi lingkungan bio-geofisik (seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut, perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit, dsb). Sedangkan dampak bagi aktivitas sosial-ekonomi masyarakat meliputi : (a) gangguan terhadap fungsi kawasan pesisir dan kota pantai, (b) gangguan terhadap fungsi prasarana dan sarana seperti jaringan jalan, pelabuhan dan bandara (c) gangguan terhadap permukiman penduduk, (d) pengurangan produktivitas lahan pertanian, (e) peningkatan resiko kanker dan wabah penyakit, dsb). Dalam makalah ini, fokus diberikan pada antisipasi terhadap dua dampak pemanasan global, yakni : kenaikan muka air laut (sea level rise) dan banjir.